Lezat di mulut, murah di kantong. Itulah buah sukun yang terbukti secara empiris mengatasi cuci darah.
Setiap
kali hendak menyantap makanan, Herofito - bukan nama sebenarnya -
selalu merasa mual. Jika warga Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara,
Provinsi Lampung, itu berhasil menyuap, tak lama berselang muntah.
Itulah sebabnya Herofito menduga mag atau asam lambung. Makan lalu
muntah itu terjadi berulang-ulang sehingga pria 40 tahun itu lemas.
Wajahnya pun pucat. Yang mengagetkan Herofito adalah kedua telapak kaki
membengkak.
Kondisi itu
mendorong dia memeriksakan diri ke dokter. Berdasarkan observasi dan
hasil laboratorium, dokter mendiagnosis Herofito mengidap gagal ginjal.
Fungsi kedua ginjal kurang dari 15%. Sayang, Herofito alpa angka pasti
kadar ureum dan kreatinin - indikator fungsi ginjal. Namun, yang pasti
kadar keduanya jauh di atas ambang batas (kadar normal ureum 20 - 40
mg/dl dan kreatinin 0,5 - 1,5 mg/dl). Selain itu terdapat protein atau
darah dalam urine.
Buah Sukun
Ginjal
merupakan organ ekskresi yang berfungsi mengatur pH, konsentrasi ion
mineral, dan komposisi air dalam darah. Menurut dokter di Rumahsakit
Hasan Sadikin, Bandung, Jawa Barat, dr Primal Sudjana, SpPD KPTI, semua
kerja ginjal itu terhambat saat organ sepanjang 11 cm itu sakit maupun
gagal berfungsi. ‘Gagal ginjal dapat dipicu oleh kehadiran penyakit
seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan penyumbatan kantong kemih,’
kata Primal.
Semua penyakit itu
terkait erat dengan gaya hidup seperti konsumsi gula berlebihan,
makanan berkolesterol, dan merokok. Akibatnya ginjal tak mampu
menjalankan tugas sebagai penyaring kotoran yang lazimnya terbuang
melalui urine. Dampaknya adalah kotoran menumpuk di darah sehingga
dapat meracuni organ lain seperti jantung, paru-paru, dan otak. Oleh
karena itu dokter menyarankan Herofito untuk hemodialisis atau cuci
darah sebanyak 3 kali sepekan.
Herofito
menuruti saran dokter. Ia menjalani cuci darah 3 kali dalam sepekan
yang menguras pundi-pundinya. Harap mafhum, biaya cuci darah relatif
mahal, sekitar Rp500.000 - Rp700.000 per hemodialisis. Artinya, dalam
sepekan Herofito harus mengeluarkan dana Rp1,5-juta - Rp2,1-juta. Itu
pun belum termasuk obat-obatan seperti pengencer dan penambah darah.
Oleh karena itu untuk menutupi biaya hemodialisis Herofito harus
menjual rumah. Sayangnya, meski rutin menjalani cuci darah, kondisi
ginjal Herofito terus merosot.
Oleh
karena itu ia tergerak untuk mengonsumsi buah sukun Artocarpus
communis begitu memperoleh informasi khasiat buah itu. Pada awal 2010,
mulailah ia mengonsumsi buah anggota famili Moraceae itu. Herofito rutin
menyantap setengah buah sukun setiap hari. Cara mengolahnya beragam,
kadang-kadang ia merebus, mengukus, atau menggoreng buah roti itu.
Kaya kalium
Selain
rutin mengonsumsi buah sukun, Herofito juga menjaga pola makan. Ia
membatasi asupan air minum dan makanan berkalium tinggi yang banyak
terdapat pada sayur dan buah-buahan. Bagi penderita gagal ginjal,
kalium dapat meracuni jantung sehingga memicu serangan jantung.
Pembatasan konsumsi pangan berkalium tinggi perlu, karena sebetulnya
buah sukun juga kaya kalium, yakni 490 mg per 100 g bobot buah segar.
Menurut
ahli gizi klinis Rumahsakit Family di Pluitmas, Jakarta Utara, dr Nany
Leksokumoro MS, SpGK, patokan pembatasan makanan berkalium tergantung
kadar kalium dalam darah. Kadar kalium darah aman bila angkanya sekitar
3,5 - 5; hati-hati 5 - 6,1; berbahaya lebih dari 6. ‘Selanjutnya dapat
dilakukan penyusunan asupan nutrisi yang baik bagi penderita gagal
ginjal,’ kata Nany.
Kondisi
Herofito makin hari kian membaik. Setelah setahun rutin mengonsumsi
buah sukun, ia sama sekali berhenti hemodialisis alias cuci darah.
Kadar ureum dan kreatinin pun normal. Murdijati Gardijito dari Pusat
Kajian Makanan Tradisional Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
mengatakan buah sukun sumber energi yang baik untuk pertumbuhan tubuh.
‘Kandungan asam amino, yang dibutuhkan untuk pembangun sel, lengkap,’
kata Murdijatti.
Selain itu buah
kerabat nangka itu juga berserat tinggi. Serat membantu menurunkan
kolesterol dan trigliserida yang menjadi biang keladi penyakit jantung.
Efek positif lain, menurunkan kolesterol jahat low density
lipoproterin (LDL) dan menaikkan kolesterol baik high density
lipoprotein (HDL). Penderita diabetes mellitus juga layak mengonsumsi
buah sukun karena indeks glikemik - angka yang menunjukkan potensi
peningkatan glukosa darah dari karbohidrat - sukun rendah. ‘Indeks
glikemik sukun 59. Angka itu lebih rendah daripada terigu sebesar 100
dan beras 96,’ kata Murdijati.
Berbeda manfaat
Selama
ini masyarakat memang menggunakan daun sukun untuk mengatasi gagal
ginjal. Menurut peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI, Tjandrawati Mozef
Es.Sc. DU, kandungan fitokimia di setiap bagian tanaman ada yang
hampir sama. ‘Namun yang membedakan adalah konsentrasi masing-masing
senyawa,’ kata Tjandrawati. Riset Tjandrawari dan rekan menunjukkan
bahwa daun sukun mengandung 3 senyawa flavonoid dan beta-sitoserol.
‘Senyawa flavanoid sukun spesifik,’ ujar penerima sertifikat Provisoire Diploma De Maitrise de Biochimie
dari Perancis itu. Itu sebabnya setiap flavonoid di daun sukun
memiliki manfaat berbeda. Senyawa flavonoid yang diteliti Tjandrawati
dapat menghambat agresi platelet (penggumpalan trombosit) dan
mengurangi viskositas (kekentalan) darah. Flavonoid dan beta-sitoserol
daun sukun juga melindungi jantung dari iskemia - penurunan pasokan
oksigen.
Manfaat lain, menghambat
akumulasi lemak pada dinding pembuluh darah aorta sehingga mencegah
penimbunan lemak. Bahkan, kini Tjandrawati meneliti bahwa senyawa
flavonoid sukun berdampak positif menekan inflamasi atau peradangan.
Salah satunya dapat berdampak positif pada proses pembekuan darah saat
terjadi peradangan pada pembuluh darah. Tentang duduk perkara buah
sukun membantu perbaikan ginjal Herofito, hingga kini belum ada
penjelasan ilmiah. Penelitian tentang buah sukun lebih banyak mengarah
pada kandungan nutrisi. (Lastioro Anmi Tambunan)